toTally Me

blog ini ditujukan untuk diriku sendiri, tapi orang lain boleh liat kok.

Tuesday, October 10, 2006

my story [enam]

Aku masih di sini, termenung mentap permukaan bumi. Pikiranku mengenang kejadian kemarin sore.

“Wen, aku mau bicara,” aku agak terkejut “Tolong dong, udah cukup kamu ngambek kaya’ gitu. Lagipula aku sudah minta maaf, kan?” Inta terus mendesak, tapi aku malah bertambah marah. “Wen, ini terakhir kalinya deh aku ngomong sama kamu. Aku udah jenuh selalu begini kalau kita marahan. Kamu gak pernah ngasih keputusan untuk memaafkan atau terus marah karena gak puas. Kamu gak mau melihatku, menolak bicara, kamu buat aku nggantung tau gak sih?! Kamu seperti menikmati ini. Ya, kan? Kamu mau minta kompensasi apa dari kesalahanku supaya kamu mau maafin aku,” aku masih diam. Antara kemarahan dan akal sehatku bertempur, keruh.

“Satu hal dari kejadian ini, akhirnya aku tahu sedalam apa persahabatan yang udah kita jalani. Ternyata dangkal aja, ya? Makasih, Wen. Tapi aku nyesel, kenapa disaat terakhir justru jadi begini. Jaga dirimu baik-baik.”

Aku masih berusaha mencerna kalimatnya yang terakhir, apa maksudnya? Sampai akhirnya pagi ini, disaat aku sadari keegoisanku dan berniat minta maaf padanya, Ruri memberi sebuah kabar yang membuatku…… aku bingung menjelaskannya. Ternyata kemarin memang benar-benar saat aku terakhir bertemu Inta. Aku sungguh keterlaluan. Kalau saja aku tak seegois ini pasti aku tahu keadaan Inta, bisa membantunya, atau paling tidak aku bisa tanya kemana dia akan pergi.

Sekarang……… aku masih menatap bumi. Bahkan aku belum sempat berpikir apa yang akan aku lakukan sekarang? [lone02]

** inspired from my friend story, and turn it to a simple story

hope we, you, and I could understand their friend’s heart

at least try to understand and get know what they like and dislike

***1st publishet at Wateta/vol.6/11 Mei 2006

cerpen ku [empat]

Sial. Lagi penting nih, kok malah rusak sih! Udah ah, mendingan istirahat dulu. Aku keluar mencari teman-teman, mau ngajak makan. “Fay, makan yuk!” ajakku. “Ntar, lagi nunggu Ical neh. Cal, buruan dunk!” Yah, pake lama. Ya udah deh, gue tunggu bentar lagi.

Fay, Cal! Waduh pake nyangkut lagi. Ngapain sih lu pade?” Kaya’nya mereka gak denger deh. Uh BeTe banget sih. Akhirnya aku pergi sendiri ke tempat tongkrongan biasa.

“Marah nih gue!” omelku dalam hati. Segera kuambil makan siang dan mulai mengunyah. Tak kurasakan lagi nikmatnya ikan goreng yang gurih, sayur yang segar, dan nasi yang hangat. Semua terasa ‘lewat’ di kerongkonganku. Belum pernah aku makan secepat ini.

Sapaan teman-teman kutanggapi sambil lalu. Pikiranku masih dipenuhi amarah pada Faya dan Ical. Baru aja minggu kemarin diceramahin, eh sekarang diulangin lagi. Hobi banget , ya, lelet-lelet begitu. Heran deh! Kuteguk habis air putih digelasku. Belum lagi turun nasi diperutku, aku sudah melompat bangun dan bergegas pergi. “Mbak, mbak, mbak Dini, makanannya belum dibayar , lho,” tegur si pemilik warung. “Eh, iya Mas. Maaf, saya kelupaan,” segera kubayar makananku dan bergegas kutinggalkan warung dengan wajah merah.

Belum reda perasaan kacauku, diprjalanan aku bertemu di Faya dan Ical, dengan wajah bersalah menatapku takut-takut.

Sinar matahari yang kelewat cerah, burung-burung yang berkicau indah, dan… emosiku yang mencapai puncak kepala! Membuat wajahku tertarik ke bawah , marah. Kupalingkan mukaku sekuat-kuatnya dari mereka. Dan aku melangkah pergi.

***

“Din, kenapa sih, lu? Cerita dunk,” pinta Faya. Kulihat Ical berdiri di luar. Gak. Gue emang ada masalah. Tapi gue lagi males, BANGET, ngomong soal itu,” “Oke, deh. Emm, gue sama Ical pulang duluan, ya?” tak kusahuti pamit Faya. Bodo’. Emangnya gue gak bisa marah. Puas rasanya bisa meluapkan kemarahan ini. Tapi… kok gini? Kenapa aku merasa kehilangan. Terbayang lagi wajah mereka yang… . Duh, ngapain sih aku tadi? Sedih. Kenapa aku malah sedih? Biasanya mereka ada disampingku, mendengarkan aku. Membujuk agar aku berhenti merajuk. Tapi sekarang aku malah membuat mereka pergi. Kemarahan yang terlalu besar, mungkin.

****

Menu – message- write new:

Ass. Fay, “Cal, sori ya tadi siang aku nyebelin banget.abis akq ngerasa dcuekin. Pdhal tadi tuh masalahku numpuk bgt.so, aq jd mrh ke kalian d. maafin aq ya :-(.”

Send. Kukirim sms pada dua sohibku tersayang. Duh, kok gak dibales sih? Kan sedih! Tiba-tiba..

Tidit…tidit…. Aha! Pesan masuk. My beloved Friends!

“Wlkm.slm. Iiya Di aq jg mnt maaf. Td lg asik ngobrol, jd gak tau kl km manggl kita. aq dah maafin km ko’. Tp lain kali jgn gt ya. Jelek tau :P. Faya.”

“Ga papaDin. Fgw tw td lo lg bT. Qt ga mw ganggu u, makanyaplg uluan. Gw jg mnt maa ya kl ad slh. Btw, bsk qt jd jalan kan?Ical.”

Tersenyum kupandang sms di HP ku. Makasih teman-teman. Tanpa kalian gak tau, deh, apa aku bisa ngelewatin semua masalahku. Hope we cud b friend 4ever.[meoux’s]


** ^_^ my own experience, and many more experiences will be load at this site (tabun!)
1st published on Wateta/Vol. 5/24 April 2006

cerpen ku [tiga]

Sebelumnya, aku ingin mengatakan bahwa ini satu-satunya perasaan yang kutulis dalam buku. Perasaan yang selama ini biasanya kucatat dengan rapi dalam hati. Kamu tau gak, sih? Sekarang aku tak tahu gimana ngejalanin hari-hari tanpamu, walau kita belum pernah bersama. Menyadari kamu ada disekitarku membuatku merasa kuat. Suatu hari kamu memasuki kesunyianku, mengangkat kepalaku dan membuka mataku lebih lebar. Memaksaku melihat dunia, dan mengganti sepi dengan ceria. Kamu tempatku berbagi cerita senang, sedih, bahkan di saat aku merasa patah hati, walaupun aku tak pernah mengatakannya padamu. Cukup membayangkannya, aku merasa kamu sedang mendengarkan kisahku. Aku merasa tenang melihat senyummu,merasa kamu selalu menyapaku, walaupun kamu tidak tersenyum padaku. Entah aku harus menangis sedih atau tersenyum bahagia melihatmu memakai toga. Yang jelas aku merasa segera kita akan berpisah. Dan segera aku pasti akan sangat merindukanmu. Kamu membuka pintu hatiku, namun tidak melangkah masuk. Kamu berbalik pergi meninggalkan aku, membawa matahari pergi bersamamu Aku berpikir, mungkinkah aku akan terbiasa? Kamu membuatku bergantung padamu. Kamu membuat aku ada diantara orang-orang yang mengacuhkanku. Kamu… “Hei lagi ngelamun, ya? Kamu nulis apa, sih?” “Ah, bukan apa-apa. BTW, met wisuda ya,” “Makasih. Doain aku yah!!” So pasti aku doain kamu. Kuucapkan selamat untukmu. Meskipun kata hati ini tak kan pernah sampai ke tanganmu, walaupun kamu gak akan pernah tahu siapa aku, walaupun mungkin kita gak pernah ketemu lagi. Kurasa cukup dalam hati ini aku mengagumimu, selalu dan selalu. Secret admirer.[hokade]


** I'm the secret admirer :">
1st publish on Wateta/ Maret 2006

cerpen ku [dua]

Kelas baru saja bubar. Asha dan Coki seperti biasa bersama meninggalkan kelas menuju taman yang sejuk diluar. Tempat favorit mereka ada di bawah pohon yang rindang tepat di dekat danau. Suasana yang cocok untuk belajar, santai, ngobrol, dan bergaul. Biasanya mereka tidak cuma berdua, masih ada Eman, Usi, dan Dadat yang biasanya berkumpul bersama mereka. Seharusnya mereka bertiga sudah sampai disini, tapi tampaknya siang ini mereka bertiga sedang dinas luar alias ngasistensi awal mahasiswa junior. Asha merasa sedikit tidak nyaman cuma berdua saja, namun kebalikannya Coki merasa ini kesempatan emas yang ditunggunya sejak lama. Mereka berlima memang telah bersahabat sejak masuk kuliah dulu, tapi sejak beberapa lama Coki merasa ada perasaan lain yang tumbuh dihatinya. “Eh, Sha kamu mau denger ceritaku gak? Aku lagi perlu temen curhat neh!”, “Emm…boleh deh. Ada masalah apa, Cok?” “Gini, sebenarnya aku lagi naksir cewek. Udah lama sih, tapi aku gak berani bilang,” “Oh ya, kenapa?” “Aku malu, dan aku gak tau perasaan dia ke aku. Aku takut ditolak……” “Hmm… trus sekarang masalahnya apa?” tanya Asha. “Kamu mau tau gak nama cewek yang aku suka itu?” pancing Coki. “Kayaknya aku tau deh Cok,” “Masa’ sih? Yah udah, karena aku malu jadi kita sama-sama tulis namanya di kertas aja, OK?” “Deal!”. Mereka menuliskan sebuah nama pada kertas masing-masing. “Siap….Yak!” mereka menukar kertas dan membaca nama yang ada di atasnya. Pada kertas-kertas itu tertulis sebuah nama “ASHA”. Lalu mereka tertawa bersama. “Eh, Cok jangan bilang sama teman-teman yang lain ya tentang masalah ini,” pinta Asha “Yang mana, sih?” kata Coki. “Eh iya, yang mana ya? Aku juga lupa nih,” seolah paham Asha mengikuti saja alur Coki. “Hei, guys!! Dah lama ya disini, We’re sorry for come late!Susi, Eman, dan Dadat berjalan mendekat. Mereka berdua balas melambai dan tersenyum riang. Asha tahu bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan ini, dan persahabatan terasa lebih manis baginya dari apapun yang didapatkan dari hubungan cewek-cowok. Coki memendam perasaan kecewa. Entah akan berapa lama waktu yang diperlukannya untuk pulih dan menghapus rasa patah hati yang sedih dan indah ini. [meisis-ex]

** inspired from my sista ecperience 9meisis-ex0
1st published on Wateta/Vol. 3/
17 Maret 2006

cerpen ku [satu]

“Hai, Bro. lama nih gak kumpul bareng”, “Iya, U gak ngajak2 mau kesini” timpal Boy. Ten tidak menjawab. “Kenapa sih U, kelihatannya akhir-akhir ini lesu, gak bersemangat,” Tanya Kas, “Iya, gak biasanya U begitu. Jangan gitu donk, selama ini kan U yang sering menyemangati kita-kita,” ”I juga. Kalau bukan U yang mendorong untuk ngikutin kompetisi kemarin, I gak bakal tau kemampuan I yang sebenarnya. Dan ternyata I mampu,”. Ten menjadi gusar “Oh ya? Bagus deh kalau begitu, itu karena kemampuanmu sendiri kan?!”, “Tenang dulu Ten. Kamu ada masalah ya? Tolong cerita sama kami, kita kan teman”. “OK, sori aku lagi kecewa. Kemarin IPK-ku kecil, banyak mata kuliah yang nilainya ancur”,”Oh jadi karena itu seminggu ini kamu BeTe terus? Tenang, kita berdua juga ga lebih bagus dari kamu kok!” Mau tak mau pernyataan Boy tadi membuat Ten nyengir. “ Sebenarnya itu gak seberapa, tapi aku lebih kecewa pada kalian… .” Kas dan Boy bertukar pandang, bingung. “Maksud kamu kita dah ngecewain kamu? Kapan?” “Kemana kalian ketika aku sedih, capek, dan membutuhkan dorongan untuk tetap semangat menghadapi kesulitan-kesulitanku. Jangankan menyemangati atau menghibur, bertanya pun kalian tidak. Aku tau kita sama-sama sibuk, tapi kalau kalian sadar selama ini aku tetap sempat menyemangati kalian, kan? Sekarang aku lelah, mendengarkan permasalahan orang ditambah lagi dengan masalahku sendiri.” Beberapa lama mereka terdiam. Kas bicara, “Maaf, Bu gak setangguh yang kalian pikirkan,” Ten tersenyum kecut tapi lega. “Ah, aku pikir itu gak akan mengubah apa pun, kan? Asaro. Kami gak sadar kalau ternyata kamu juga butuh dukungan. Selama ini kamu tuh gak pernah kelihatan patah semangat, selalu enerjik dan membuat orang lain ketularan semangat,” “Tapi seharusnya kamu bilang ke kami kalau sebenarnya ….” Sambung Boy. “Yah, untuk itu aku minta maaf. Sudah lama aku menunggu kesempatan untuk bicara terus terang, tapi seperti yang kalian lihat sekarang…. Akl… kau traktir makan dulu teman kau yang dua ini” “Ha…Ha…ha… .” [kokoyu]

** kutulis apa yang ku rasakan...

1st published on Wateta /Vol. 2/14 Maret 2006




Labels:

[satu]

Sahabat… .

Mudah sekali menyebut kata itu tapi apa yang ia ketahui tentang arti keberadaan seorang sahabat. Tidak tahu !

Tragis memang setelah tiga tahun selalu bersama tapi hati tidak saling mengenal. Baginya, orang yang mau mengerti dirinya adalah sahabat terbaik. Saat orang lain bertanya tentang sahabatnya itu, “Apa makanan yang tidak disukainya?” lalu dijawab “Ehm, apa ya? Pizza kali”. Atau pertanyaan lain, “Apa dia pernah cerita saat-saat keluarganya dalam keadaan susah?” lalu dijawab “Kalo itu mah urusan dia. Selama dia gak cerita ya kita gak berhak ungkit2”. Egois !

Apakah tidak ada inisiatif dari diri sendiri untuk coba lebih banyak bertanya sehingga orang yang dekat dengan kita itu memang layak disebut sahabat? Jadilah seorang teman yang semampunya bisa membantu teman lain yang kesusahan, tapi jangan jadi seorang sahabat yang pura-pura mengerti kegelisahannya sahabatnya.

“Seseorang selalu membutuhkan orang lain,untuk membantu memahami bagian dari diri kita, untuk menyikap bagian yang tersembunyi dari diri mereka, dan untuk saling percaya’ ……(Anonim)

(_Aliyah Nisa_)

** From my friend thought, Aliyah. Nice to have you as friend :)
1st publish : Wateta /vol. 1/1 Maret 2006

Labels:

Wednesday, October 04, 2006

Your Smile

By Nana

Friend, what are you doing?

How are you?

By the way…

What’s goin on?

You look so sad and tired

You won’t tell me, but I know

The problem is hard, isn’t it?

Keep spirit

“let’s fight together” I say

once more time, I want to see your smile

along this vacation, ‘till the end of the journey

I want to see your smile

***dedicated to my beloved friends, wherever they life, whatever they do, each of you (guys) has given sweet memories**

Monday, September 25, 2006

Anata no Egao

by Nana
editor Kamahara

My Friend, ima nani shiterunokanaa?

Tyoushi wa dou kanaa?


Anone…

Nani shiteru no?

Kimi ga hontoni tsurasou ni mierunda

Demo anata wa sore wo ittekurenai, watashi niha wakaru


Puroburemo wa taihensou desu ne?

Watashi ha dekirukotonara anatawo tasuketai

Ima ha mada sore ha dekinai kedo


Ganbaree

“Issyou ni ganbarimasyou" tte iou


Mouichido anata no egao ga mitai

Michi ni sotte, Saigo made

Watashi ha anata no egao ga mitai kara

Thursday, September 07, 2006

Penelitian qyu...

Disaat orang2 tidur lelap dikeheningan malam yang menyenangkan, dibawah selimut hangat dan kasur empuknya....
Aku berada di laboratorium bersama peliharaanku.
My lovely
sludge!
Kalau orang2 yang pingin dapet wangsit biasanya mandi kembang tujuh rupa, tapi aku berendem lumpur plus limbah karetku tersayang.
Emang enak?! emang enak, kok!!
New experience bisa ngerjain sesuatu dengan aturan sendiri, sesukanya, tapi dalam batas2 yang jelas.

Penelitian....oh penelitian....
Tanpa kamu aku gak akan lulus (he he!)
Tapi aku seneng kok! mazi de!
'Moga aja aku selalu semangat ngerjain kamu
GANBATTE, NE!(Mimi-san give me support)
MAKASHITOKE! (i answer it)

Teman-teman, terimakasih banyak.
Tanpa kalian mungkin aku bakal frustrasi
Thanx for accompany me, and help me, and anything...
Thanx for all
And, Thank You ALLAH!

perdana

akhirnya setelah penantian sekian lama aku punya tempat untuk nulis apapun yang aku mau
thank u abah Oryza!!
 
adopt your own virtual pet!